.
.
Bulan memendam misteri yang belum terungkap
mengenai perbedaan bentuk dua sisinya. Bagian yang selalu menghadap ke
Bumi (Near Side) lebih mulus daripada sebaliknya yang selalu terlihat
gelap dari Bumi (Far Side) yang bergunung-gunung. Kenapa begitu kontras
perbedaan itu? Dalam jurnal Nature edisi ke-476, 2011, Martin
Jutzi dan Erik Asphaug, melempar hipotesis sisi bergunung-gunung itu
adalah sisa-sisa bulan kedua Bumi yang mati muda.
Sekitar empat milyar tahun yang lalu, Bulan terbentuk sebagai sempalan
lelehan material, setelah planet Theia dan Bumi bertabrakan. Sempalan
itu mencelat ke angkasa dan menjadi dua satelit. Satelit pertama adalah
Bulan yang sekarang terlihat di langit. Satelit kedua berukuran lebih
kecil, kira-kira sepertiga ukuran Bulan sekarang.
Selama beberapa waktu, satelit kecil itu bertahan hidup. Namun akibat
posisinya yang labil, pada satu ketika dia jatuh di haribaan saudaranya
yang lebih besar. Si adik kecil jatuh cukup lambat, tapi energi benturan
cukup panas untuk melumerkan permukaan Bulan.
Lumeran yang membeku membentuk permukaan mulus yang sekarang kita lihat.
Ada pun sisa-sisa selebihnya terlempar dan jatuh di sisi gelap Bulan.
Oleh karena itu lah, bebatuan di sisi terang semestinya lebih muda
karena membeku lebih belakangan dibandingkan sisi gelap. Bagian yang
gelap, semestinya lebih tua, karena lahir bersama kelahiran Bulan itu
sendiri, baik si kecil atau saudaranya yang bongsor.
Selama ini kita hanya bisa melihat sisi terang itu karena rotasi Bulan
seirama dengan perjalanan keliling Bumi. Sewaktu bagian bergunung-gunung
ini menghadap Bumi, posisi Bulan berada di ‘bulan mati’.
Ohhh... gituu
ReplyDeletesaya masih penasaran tentang bulan.
ReplyDeleteiya sama bro.. klo bisa sih mau kesana langsung ;)
Delete